CERPEN : Pelopor Perubahan
Pelopor Perubahan
Laki-laki itu bernama Amin. Dia tinggal di sebuah kabupaten yang tidak terlalu ramai. Jauh berbeda dari kota-kota besar seperti Solo, Jogja, Semarang, dan kota lainnya. Amin bersama ayah, ibu, dan adiknya tinggal di kecamatan yang berada di paling dari kabupaten tersebut. Namun, karena suatu hal keluarga Amin harus pindah ke ibu kota kabupatennya.
Seiring dengan pesatnya globalisasi. Kabupaten itu pun terkena dampaknya. Selain dampak positif, yang mengkhawatirkan adalah dampak negatifnya. Salah satunya sikap individualistis.
Enam bulan di tempat tinggal barunya, Amin merasa tidak biasa dengan kebiasaan anak muda di tempat tinggal barunya itu. Amin pun mendiskusikan masalah ini dengan ayahnya.
"Di sini emang nggak ada karang taruna atau apa gitu ya, Yah?"
"Nggak tau. Nggak ada kayaknya. Beda sama di tempat dulu ya?"
"Iya, di sini kalau ada perayaan apa-apa sepi. Nggak semeriah kayak di sana dulu. Seharusnya pemuda-pemydi di sini bisa aktif. Di sini juga bukan kota besar yang kebanyakan penduduknya orang sibuk yang sama tetangga sendiri aja nggak kenal. Gotong royong harus tetap dijaga."
"Bagus kalau kamu punya pemikiran seperti itu. Coba kamu diskusikan dengan pak rt."
Mendengar saran dari ayahnya, Amin pun pergi ke rumah pak rt keesokan harinya. Amin dan pak rt mendiskusikan masalah tersebut. Akhirnya pak rt menyetujui tentang pembentukan karang taruna. Amin meminta data pemuda-pemudi yang ada di lingkungan itu ubtuk diberi undangan.
Pertemuan pertama, hanya setengah dari undangan yang datang. Namun pertemuan berikutnya jumlahnya bertambah.
Kini karang taruna di lingkungan baru Amin berjalan aktif. Dalam beberapa bulan ini karang taruna tersebut sudah menyelenggarakan berbagai kegiatan.
Gotong royong haruslah dipertahankan. Karena dengan gotong royong kita bisa belajar peduli, bekerjasama, dan solidaritas.